Senin, 09 November 2009

Kenali Gaya Belajar Anak

"Orangtua dan guru harus kenal gaya belajar anak secara tepat agar anak tak frustasi karena dinilai
Tulisan Ozu rapih dan enak dibaca. Di dalam buku catatan sekolahnya banyak sekali simbol atau gambar daripada kata-kata. Kalau mencari buku bacaan, Ozu akan membolak-batik gambarnya atau penggambaran suasana cerita. Jika membaca atau mendengar kata bunga, dia mencatatnya dengan gambar bunga, atau kata "meningkat" akan ditulisnya berupa tanda panah ke atas. Di kelas dia lebih suka kalau guru menerangkan sesuatu dengan gambar. Bagi Ozu segala sesuatu yang ia dengar, harus ditulis kembali dalam satu daftar. Tak jarang dia membuat titian keledai dengan nama yang mudah diingat untuk mengingat pelajaran.Sedangkan, buku tulis Gladys lebih banyak halaman kosong dan tulisannya tak cukup rapih. Gladys selalu bilang sudah memahami pelajaran dengan baik, jadi tidak perlu ada catatan. Di dalam kelas Gladys selalu aktif bertanya, ia juga dianggap cermat mendengarkan pelajaran. Di rumah Gladys lebih asyik bermain PS dan selalu membaca ulang komik-komik yang dibeli, sampai hafal dialognya la selalu ingat kata-kata yang didengar?nya. Jangan coba-coba berjanji dengan Gladys, pasti akan dikejarnya.Lain lagi dengan Fani yang selalu mempraktikkan perkataan guru di kelas. Dia paling suka melakukan percobaan. Semua tugas praktik dalam buku pelajaran dengan antusias dikerjakannya sendiri. Fani semangat bertanya hal apa saja yang ingin diketahuinya untuk bisa dilakukan. Dia paling sering membantu bibi memasak. Ibunya mengaku jarang melihat Fani duduk membaca dan menu?lis terus menerus dengan tertib di dalam kamar.Orangtua harus menyadari bahwa anak memiliki gaya belajar berbeda untuk mengembangkan potensinya. Mari kita bayangkan bahwa potensi anak berada di dalam satu kotak tertutup. Untuk membuka kotak tersebut, diperlukan kunci. Kunci yang dimaksud adalah bagaimana orangtua dapat memahami gaya belajar anak, sehingga tidak perlu merasa cemas kalau melihat anak tampak santai di rumah karena tidak belajar. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Psikolog pendidikan menyakini bahwa setiap orang memiliki kekuatan belajar atau modalitas belajar. Semakin kita mengenal baik modalitas belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Psikolog pendidikan menyakini bahwa setiap orang memiliki kekuatan belajar atau modalitas belajar. Semakin kita mengenal baik modalitas belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Belajar berawal dari rumah! Anak belajar melalui apa yang ia lihat, dengar, dan sentuh. Satu dari tiga saluran inderawi -visual, auditori dan kinestetik- adalah salah satu cara untuk belajar dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi cara belajar anak adalah persepsi, yaitu bagaimana dia memperoleh makna dari lingkungan. Persepsi diawali lima indera: mendengar, melihat, mengecap, men?cium,dan merasa.Didunia pendidikan, istilah modalitas mengacu khusus untuk penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Modalitas visual menyangkut penglihatan dan bayangan mental. Modalitas pen?dengaran merujuk pada pendengaran dan pembicaraan. Modalitas kinestetik merujuk gerakan besar dan kecil. Salah satu tanda mengenali gaya bela?jar seseorang melalui kalimat yang ia gunakan. Tipe visual akan bicara misalnya, " Mama, lihat muka Indri dong jika mau bicara sesuatu." Bu Guru bisa melihat apa yang aku maksudkan barusan?" Sedang?kan, tipe auditori mengatakan, "Mama, dengerin, aku mau cerita:'Tipe kineste?tik cenderung berbicara sangat singkat, bahkan tanpa komentar apapun. Tanpa disadari gaya belajar mempenga?ruhi seseorang memilih tempat duduk. Tipe visual lebih memilih duduk di baris depan. Tipe auditori cenderung duduk di tengah-tengah. Tipe kinestetik, lebih memilih duduk di sebelah kanan, dekat pintu. Mereka akan segera melarikan diri jika merasa tidak perlu mendengarkan. Apa yang bisa dibantu orangtua? Dengan memahami gaya belajar anak berarti akan membuat anak lebih bahagia. Karena respons orangtua terhadap kebutuhan dirinya tepat. Bagi anak dengan gaya belajar kinestetik, maka orangtua atau guru diharap pula aktif bersikap fisik.Anak tak mau buang waktu untuk bicara dan cenderung langsung pada apa yang harus dikerjakan. Anak sangat energik dan selalu nomor satu berdiri di depan barisan. Jika mendengarkan musik, dia bergoyang sesuai irama. Jika diajak jalan-jalan, tangannya mencoba menyen?tuh apa saja. Pilih mainan roda dua, tali lompat, bola, cat air, clan dough. Anak juga suka main drama. Penegakkan disiplin tak cukup hanya verbal, karena tak berpengaruh. Perlu digunakan cara time out. Anak tipe auditori terlihat gemar bicara. Di kelas sering mengganggu anak lain dengan teriakan dan cerita-ceritanya. Anak ini pencinta musik apa saja. Pilih berbagai macam CD dan alat musik main?an. Beri kesempatan sebanyak mungkin untuk bicara, menyanyi, mendengarkan, dan berteriak. Penegakan disiplin cukup dengan kata-kata. Gunakan dialog dan tatap muka untuk menjelaskan masalah yang perlu menjadi perhatiannya. Anak tipe visual tampak terpaku dalam mengamati sesuatu. Dia penuh rasa ingin tahu terhadap hal baru. Orangtua dapat memberikan kesempatan melalui gambar-gambar. Berbagai perlengkapan seperti papan tulis, krayon, cat air, spidol, gunting clan lem bisa disiapkan untuknyz Termasuk main-an boneka-boneka yang dapat diganti pakaiannya. Disiplin ditegakkan dengan mengacu pada orangtua. Mereka tidak membutuhkanperkataan panjang lebar, tetapi cukup mencontoh perbuatan orangtua. Hadiah cukup dengan senyum lebar, dan ekspresi orangtua terhadap kegiatan mereka.Peraturan bagi orang tua :1. Sadari tipe gaya belajar anak. Tipe kinestetik, visual, auditori atau kombinasi. 2. Sadari tipe gaya belajar diri. Orangtua bisa saja memiliki gaya belajar berbeda dengan anaknya.3. Penuhi anak dengan kesempatan agar dia berhasil dalam modalitas yang dimilikinya.4. Disiplin dan beri hadiah sesuai dengan gaya belajarnya.5. Selalu melihat posisi terbaik yang dimiliki anak untuk dikembangkan. 6. Bantulah anak menggunakan strategi modalitas untuk menguasai berbagai keterampilan clan konsep lainnya.--*
Karakteristik Gaya Belajar
Visual
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi. Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja. Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada.Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar. Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar. Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat.Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur. Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati.Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan. Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.
Auditori
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lainMembaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang adaMengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kataMenulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanyaIngatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.Distraktibilitas, Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.Pemecahan, Pemecahan masalah melalui lisan.Respons terhadap periode kosong aktivitas, Ngobrol atau bicara sendiri.Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
Kinestetik
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsungMembaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannyaMenulis, Hasil tulisan "nembus" dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaranPemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.Respons terhadap periode kosong aktivitas, Mencari kegiatan fisik bergerak.Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukanRespon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
teks DR Reni Akbor Howodi Psi. Fok. Psikologi U1.
:: Back to Top

Artikel Lainnya :
Manfaat mengoceh untuk bayi
Born to be a Genius but Conditioned to be an Idiot
Hypnosis ? The Art of Subconscious Communication (2)
Becoming a Money Magnet
Emosi : Kunci Rahasia Kebijaksanaan
Bahaya ?Berpikir? Positip
Hypnosis ? The Art of Subconscious Communication (1)
Becoming a Great Teacher
Konsep Diri Positif : Kunci Keberhasilan Hidup
Sekolah Dirancang Untuk Menghasilkan Orang-orang Gagal
:: Other Articles

Home Profile Events Programs Franchise Book & Tools Articles Testimonial FAQ Contact
Copyright © 2005 by Mathemagics. All Rights Reserved.www.mathe-magics.com terms of user Privacy policy.Designed & Maintenance by VISIWEB.

Selasa, 28 Juli 2009

Bimbingan belajar Mat

Bagi siswa yang ingin mengikuti bimbingan belajar Matematika secara intensif, khusus kelas 9 bisa berhadir setiap hari selasa dan kamis pada pukul 15.30 s.d 16.30 di SMP Negeri 2 Kotabaru. Dan bagi siswa yang ingin membentuk kelompok belajar dapat mendatangkan guru matematika untuk beljar bersama di rumah atau ditempat tertentu.

Jumat, 24 April 2009

Siap ulangan Umum Kls 8

1.Suatu segitiga ABC sama sisi dengan panjang sisi 15 cm, keliling segitiga tersebut adalah………….
a. 25 cm c. 45 cm
b. 35 cm d. 55 cm

2. Keliling suatu segitiga sama kaki 36 cm. Jika panjang alasnya 10 cm. Luas segitiga tersebut . adalah………….cm2
a. 360 c. 12
b. 180 d. 60

3.Daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan busur dihadapan sudut pusat yang dibentuk oleh dua jari-jari disebut ……….
a. Busur c. lingkaran
b. Juring d. talibusur

4.Jika suatu lingkaran berdiamater 28 cm maka keliling lingkaran tersebut adalah………..
a. 88 cm c. 48 cm
b. 14 cm d. 13 cm
5. Pada segi empat tali busur berlaku…..
a. Jumlah sudut yang berhadapan 3600
b. Jumlah sudut yang berhadapan 1800
c. Sudut keliling dua kali sudut pusat
d. Jumlah sudut yang berhadapan sama besar

6.. Jarak antara pusat dua lingkaran 13 cm dan panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkran itu adalah 12 cm. Apabila salah satu jari-jari lingkaran panjangnya 7 cm, panjang jarai-jari yang lainnya adalah…….
a. 6 cm c. 3 cm
b. 5 cm d. 2 cm

7..Dua buah lingkaran masing-masing dengan jari-jari 17 dm dan 25 dm panjang garis singgung persekutuan luarnya 15 cm. Jarak kedua pusat lingkaran tersebut adalah …..
a. 12 dm c. 23 dm
b. 17 dm d. 35 dm

8. Sebuah kubus terdiri dari ……
a. 12 bidang sisi c. 12 rusuk
b. 8 bidang sisi d. 8 diagonal sisi

9. Sebuah kubus dengan panjang sisi 8 cm maka panjang diagonal ruang kubus tersebut adalah….
a. 8√ 2 c. 4√ 2
b. 8√ 3 d 4√ 3

10 .Sebuah balok dengan panjang 1,5 m, lebar 1,2 mdan tinggi 100 cm. volume balok tersebut adalah …..
a. 180 m b. 7,5 m c.1,8 m d. 1,5 m

11. Jumlah luas sisi kubus yang panjang rusuknya 6 cm adalah ...... cm2
a. 36 c. 144
b. 72 d. 216

12. Sebuah garis dengan persamaan 4x - 2y – 6 = 0, gradien garis tersebut adalah ......
a. 2 c. 6
b. 4 d. ⅞
13. Jika luas permukaan suatu kubus 96 cm2 maka panjang rusuk kubus tersebut adalah............
a. 4 cm c. 8 cm
b. 6 cm d. 16 cm

14. Alas sebuah limas berbentuk persegi panjang dengan luas 21 cm2 dan volumenya 84 cm3 tinggi lias tersebut adalah ....
a. 12 cm c. 8 cm
b. 10 cm d. 4 cm

15. Jumlah panjang rusuk kubus yang luas sisinya 96 cm2 adalah.............
a. 24 cm c. 40 cm
b. 36 cm d. 48 cm

16. Volume sebuah kubus yang mempunyai luas permukaan 384 cm2 adalah ................cm3
a. 216 c. 484
b. 256 d. 512

17. Balok yang mempunyai ukuran panjang 16 cm, lebar 8 cm dan tinggi 10 cm mempunyai luas permukaan sebesar..................cm2
a. 1280 c. 736
b. 1025 d. 256

18. Sebuah limas yang alasnya berbentuk persegi mempunyai luas alas 100 cm2 dan tinggi 12 cm. Luas seluruh bidang limas tersebut adalah .....
a. 1200 cm2 c. 360 cm2
b. 400 cm2 d. 260 cm2
19.Banyaknya titik sudut pada prisma segitiga adalah ....
a. 6 buah b. 10 buah c. 8 buah d. 12 buah
20. Banyaknya rusuk alas pada limas segi empat adalah ....
a. 3 buah b. 7 buah c. 4 buah d. 8 buah
21. Diketahui luas permukaan prisma tegak segi empat beraturan 864 cm2 dan tinggi prisma 12 cm. Panjang sisi alas prisma adalah ....

a. 8 cm b. 12 cm c. 10 cm d. 14 cm
22. Suatu prisma alasnya berbentuk segitiga dengan panjang sisi 3 cm, 4 cm,dan 5 cm. Jika tinggi prisma 15 cm,
volume prisma adalah ....
a. 90 cm3 b. 250 cm3 c. 200 cm3 d. 300 cm3

Lembaar Jawaban Komputer


Untuk tahun ajaran 2008/2009 semester genap ini SMP Negeri 2 Kotabaru akan menggunakan LJK pada Ulangan umum semester 2. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan siswa menggunakan Lembar jawaban Komputer. Karena menurut pengalaman bahwa sebagian besar kegagalan kelas 9 pada try out I dan II tidak terlepas dari cara menggunakan LJK yang tidak sempurna yang mangakibatkan lJK siswa tidak terdeksi oleh Komputer.

Senin, 02 Maret 2009

Ujian Nasional 2009


Jadwal Ujian dan SKL
Sekedar informasi, baik untuk Bapak Ibu Guru maupun bagi semua orang tua siswa yang pada tahun ini anaknya duduk di kelas enam, kelas 9, dan kelas 12, artinya putra/putri anda akan menghadapi ujian nasional. Berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan jadwal Ujian Nasional sebagai berikut :

- SMA/MA (20 — 24 April 2009)
- SMP/Mts (27 - 30 April 2009)
- SD/MI (12 — 14 Mei 2009)
- SMK/SMALB (20 — 22 April 2009)
Bapak Ibu bisa download tentang Ujian nasional SD, SMP atau SMA termasuk SKL ujian nasional di dalam kisi-kisi ujian nasional 2008/2009
Silahkan Download:Peraturan Mendiknas nomor 82 tahun 2008
Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Untuk Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2008/2009Peraturan Mendiknas nomor 78 tahun 2008 Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTS/SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2008/2009 Peraturan Mendiknas nomor 77 tahun 2008
Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009
POS UN 2009 ( Prosedur Operasional Standar ) Ujian Nasional 2009
silahkan di download: SD/MI/SDLB POS UN 2009 SMP/MTs/SMPLB/SMALB/SMKPOS UN 2009 SMA/MA



Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat.

Sabtu, 28 Februari 2009

Home school

Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif
Thursday, 26 July 2007
Orangtua dan siswa serta para guru lebih mengedepankan nilai dibanding kualitas pribadi dan minat siswa.Untuk memperbaiki itu semua, kita harus berani keluar dari sistem yang sebenarnya banyak mengarah pada tertib administrasi saja, bukan filosofi pendidikan seperti seharusnya. Belakangan ini, konsep belajar di rumah atau akrab dikenal sebagai home schooling nampaknya menjadi fenomena menarik dalam dunia pendidikan. Pasalnya, sekolah formal selain dianggap kurang memberi perhatian besar kepada diri peserta didik, juga dianggap kurang efektif dan efisien dalam rangka menjawab pemenuhan kebutuhan kecerdasan
siswa didik, yakni intelektual, emosional dan spiritual. Di samping itu, di tengah keraguan terhadap mutu pendidikan nasional sekaligus mahalnya biaya sekolah berstandar internasional, model pendidikan home schooling dirasa bisa menjadi model sekolah alternatif. Lebih dari itu, ia juga bisa menjadi solusi jitu memerdekakan pendidikan di Indonesia yang selama ini masih terbelenggu oleh system kekuasaan yang hegemonik. Misal saja, gonta-gantinya kurikulum terus saja berlangsung sembari merubah buku ajar dan
menaikkan biaya sekolah. Dalam konteks semacam ini, pakar pendidikan Jogjakarta, Prof Djohar, mengatakan bahwa kini sudah saatnya
diterapkan upaya memerdekakan pendidikan yang selama ini terjebak dalam belitan birokrasi yang sebenarnya justru merugikan banyak pihak. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat berlangsungnya proses pendidikan, justru kehilangan arah dan tujuan utama yakni menciptakan manusia yang berbudaya. Standar yang diterapkan secara tidak masuk akal dan menyamaratakan semua siswa, lanjut Djohar, menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan formal yang bahkan tidak menyentuh sisi pendidikan dan mementingkan pembelajaran. Hal itu membuat tujuan utama pendidikan menjadi terlupakan. Orangtua dan siswa serta para guru lebih mengedepankan nilai dibanding kualitas pribadi dan minat siswa. Untuk memperbaiki itu semua, kita harus berani keluar
dari sistem yang sebenarnya banyak mengarah pada tertib administrasi saja, bukan filosofi pendidikan seperti
seharusnya. Sistem pendidikan yang seperti itu hanya akan memunculkan masalah-masalah baru yang saling berkaitan, karena tujuan pendidikan sudah bergeser. Masalah tersebut diperparah dengan adanya persepsi negatif masyarakat tentang sekolah dan pendidikan. Masyarakat terseret semakin dalam dan tidak banyak yang menyadari bahwa masalah itu berbahaya apabila tidak segera dibenahi. Adanya jual beli gelar dan ijazah palsu, hanyalah satu dari setumpuk masalah dalam dunia pendidikan kita. Hal itu timbul
karena orientasi pendidikan sudah bukan lagi untuk menjadi manusia berbudaya, tetapi manusia yang memiliki pengetahuan serta nilai akademis bagus. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak memiliki kebebasan untuk mengelola sendiri sekolahnya, meskipun sudah ada Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management). Diperlukan adanya kebebasan dalam mengelola sekolah
dan sedikit melonggarkan sekolah untuk menjadi "diri sendiri". Dengan sekolah yang bebas, maka siswa juga akan mendapatkan kebebasan untuk belajar dengan lebih baik. Sistem
pendidikan yang demikian, harus segera diubah. Bila tidak, maka yang terjadi adalah kerusakan generasi yang nantinya akan menghancurkan bangsa. Dalam konteks semacam itu, home schooling hadir menawarkan jalankeluar mengenai masalah tersebut. Namun Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e2s8e Frveebdruary, 2009, 11:21 demikian, implementasi home schooling di Indonesia tidak semudah membalik telapak tangan karena halangan birokrasi. Terutama terkait dengan pengakuan para siswa yang merupakan output sistem tersebut. Meskipun sebetulnya hal itu bukan masalah, karena siswa lulusan home schooling bisa diukur tingkat pengetahuannya oleh badan standarisasi.
Pendidikan Rumah
Sebagai pendidikan alternatif, praktik model pendidikan rumah atau homeschooling, tentu bagi sebagian pihak cukup bagus. Sebab, dengan konsep pendidikan berbasis rumah, seorang anak bisa lebih dekat dengan keluarga. Selain itu
home schooler (sebutan bagi anak yang belajar di rumah) juga bisa mengikuti ujian penyetaraan paket A untuk tingkat SD, paket B untuk SMP, dan paket C untuk SMA. Apalagi bagi anak yang berkebutuhan khusus. Karenanya, pendidikan model begini tidak bertentangan dan sah-sah saja untuk bisa diterapkan dalam rangka menjawab pertanyaan pendidikan bagi semua (education for all). Tentu saja,
tujuannya selain mereka bisa mengakses pendidikan juga agar mereka memperoleh perhatian yang intensif dari orang tua, khususnya ibu. Menurut pengamat pendidikan Nibras OR Salim, posisi ibu bagaikan madrasah bagi anak-anaknya. Al-ummu Madrasatun. Dalam konteks semacam itu, mereka (anak-anak) semestinya mendapatkan perhatian lebih dari seorang ibu. Apalagi hampir mayoritas bila seorang ibu banyak berkutat di ranah domestik. Jadi, mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan buah hatinya.
Kalaupun ada yang bekerja di perusahaan, lembaga pemerintahan ataupun berwirausaha, seorang ibu tetap mesti meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mendidik anaknya. Seorang ayah pun posisinya sama. Mesti memberikan kasih sayang kepada anak-anak di rumah, tidak lantas bersikap
keras kepada anak. Sebagai contoh, karena anaknya berkebutuhan khusus, sikap dan tindakan pun seolah diskriminatif. Cuek, easy going, kesal, inferior, marah dan aneka macam perasaan yang menggambarkan ketidakbanggaan memiliki anak berkebutuhan khusus. Anak yang berkebutuhan khusus seperti penderita autisme, hiperaktif, retardasi mental dan sebagainya, tentu saja tidak boleh dipilah-pilah. Mereka juga berhak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan (life skill) agar hidupnya lebih
bermakna. Oleh karena itu, pada hari ini patut kiranya bila kita mulai mengencangkan ikat pinggang. Bersiap-siap melindungi anak-anak dari serangan arus gelombang informasi yang mengglobal dengan menciptakan rumah belajar yang baik dan kondusif. Dalam konteks seperti ini, maka home schooling masih tetap membutuhkan kurikulum dan standardisasinya bisa mengacu pada kurikulum nasional yang sedang berlaku. Meski demikian, home schooler tak perlu kaku hanya menerapkan satu kurikulum. Orang tua boleh memilihkurikulum yang sesuai dengan anaknya.
Menurut Helen Ongko, Kepala Morning Star Academy (MSA), sebuah komunitas home schooler di Jakarta dan
Surabaya, mengatakan bahwa kurikulum diperlukan sebagai panduan bagi anak dalam belajar. Di home schooling, tidak semua mata pelajaran dalam kurikulum harus dibebankan kepada anak-anak.
Mereka bebas mempelajari apa yang disukai, asalkan tetap mengikuti tata tertib dan disiplin yang telah disepakati bersama orang tua. Kurikulum dari negara manapun boleh. Sebab, salah satu tujuan home schooling adalah mengetahui
minat anak, kemudian mengarahkannya dengan benar.
Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e2s8e Frveebdruary, 2009, 11:21
Selain kurikulum, para home schooler juga harus memikirkan pentingnya bersosialisasi. Seto Mulyadi dari Asosiasi Sekolah Rumah Pendidikan Alternatif (Asah Pena) Jawa Timur memberikan beberapa alternatif penerapan home schooling yang bukan individual. Misalnya, home schooling majemuk yang dilaksanakan dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu. Sementara,
kegiatan pokok tetap dilaksanakan orang tua masing-masing. Selain untuk bersosialisasi, para keluarga juga bisa memikirkan kurikulum bersama. Gabungan beberapa home schooling majemuk juga bisa menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya bias didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan dan kesepakatan masing-masing pihak.
Hemat kata, melalui model pendidikan alternatif semacam ini, siswa selain dapat kemudahan dan pengarahan yang intensif, juga dapat dipacu untuk proaktif terhadap pembelajaran di komunitas melalui diskusi, permainan berkelompok dan berbagai ragam metode dengan harapan tercapainya tujuan proses belajar mengajar yaitu pencerdasan intelektual,
emosional dan spiritual.***

Choirul Mahfud,
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Surya Online
http://

Rabu, 25 Februari 2009

BELAJAR MENYENANGKAN

Beginilah Cara Belajar yang Menyenangkan
Oleh admin
Selasa, 31 Juli 2007 16:32:48
Klik: 9205
“Padahal belajar bisa menjadi sangat menyenangkan, lho,” kata DR. Frieda Mangunsong, MEd, Psi. Hal ini dibuktikan Frieda saat mengisi sesi Belajar Itu Menyenangkan dalam acara Forum Anak Nasional di Depok, pekan lalu. Ia mengawali paparannya dengan mengajak 106 anak-anak bermain. Staf pengajar di Fakultas Psikologi UI ini meminta anak-anak yang berasal dari 31 daerah di sejumlah provinsi di Indonesia itu membuat lingkaran. Lalu, mereka diminta berhitung dan meneriakkan “Boom” di setiap angka tujuh beserta kelipatannya dan angka yang mengandung unsur tujuh. Sepintas, hal ini seperti main-main saja. Namun, di balik itu, tanpa disadari anak-anak diajak menghitung dan berkonsentrasi. Saat melakukan permainan itu, anak-anak terlihat gembira. Mereka tertawa-tawa kala ada salah seorang yang lupa mengucapkan “Boom”. “Tertawa sebelum pelajaran dimulai bukanlah sesuatu yang buruk,” ujar psikolog pendidikan ini. Suasana gembira sebelum belajar justru dapat membangkitkan semangat anak. Mendengarkan topik yang diuraikan Frieda juga merupakan bagian dari pembelajaran. Ia menyampaikan materi belajar melalui bermain dan diskusi aktif. Makin Terampil Hingga saat ini masih ada pemikiran keliru bahwa belajar itu dilakukan di sekolah dan bermain di rumah. Padahal, belajar bisa sambil bermain. Belajar sambil bermain inilah yang menyenangkan anak. Adanya interaksi antara guru dan siswa, akan membuat belajar menyenangkan. “Siswa yang aktif akan membuat guru senang,” tuturnya lagi. Seperti yang terjadi saat itu, anak-anak turut mengungkapkan pendapatnya saat Frieda melontarkan berbagai pertanyaan. Dalam kesempatan itu misalnya, Frieda meminta pendapat anak-anak yang berasal dari 31 daerah layanan World Vision Indonesia yang berada di Aceh, Kalimantan Barat, Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, NTT, dan Papua tentang belajar dan sekolah. Salah seorang anak dari Sumba Barat mengatakan belajar menjadi tidak menyenangkan bila guru marah. Selain enggan belajar, anak juga enggan sekolah. Belajar dalam suasana menyenangkan merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dan dilakukan dalam situasi menyenangkan, sehingga siswa merasa aman dan nyaman, bebas dari tekanan. Situasi ini akan membuat anak lebih aktif belajar. Belajar aktif akan mengintegrasi fisik, akal, dan emosi. Yang pada akhirnya, akan menambah keterampilan fisik dan akademis, sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Setiap pelajaran yang makin sulit akan membuat kita makin terampil. Contohnya, saat TK-SD, anak lebih banyak melakukan permainan saat sekolah maupun belajar. Ketika menginjak bangku SMP-SMA, mereka lebih banyak duduk di dalam kelas. Di masa ini belajar lebih banyak melibatkan tangan dan pikiran seperti percobaan laboratorium. Metode belajar yang memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk mempelajari sesuatu secara konkret atau nyata akan memperbesar persentase penyerapan. Dan juga memicu mereka untuk berubah secara positif. Psikolog Vermon&Magnusson ini menyebutkan, seseorang akan belajar sebanyak 10 persen dari yang dibaca, 20 persen dari yang didengar, 30 persen dari yang dilihat, 50 persen dari yang dilihat dan didengar, 70 persen dari yang dikatakan, serta 90 persen dari yang didengar dan dilakukan. Penelitian Jeannette Vos-Groenendal dalam DePorter, 2002 menjelaskan bahwa belajar yang menyenangkan akan meningkatkan motivasi, nilai belajar, keyakinan dan kehormatan diri, mempertahankan sikap positif terhadap belajar, dan melanjutkan memanfaatkan keterampilan. Frieda menekankan, sekolah bukan satu-satunya tempat belajar. Belajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja di berbagai lapisan masyarakat. Anak bisa belajar di gereja, mesjid, sanggar, kelompok belajar, museum, perpustakaan, laboratorium, dan banyak tempat lain. @ Diana Yunita Sari